Teknologi informasi ada untuk mempermudah, laporan dari workshop IDE (Inovasi Dalam Edukasi) Hotel Belle View Semarang 24-25 Maret 2009
Teknologi ada untuk mempermudah, namun untuk bisa sampai kepada pengertian ini guru perlu untuk melebarkan paradigma dan menjadi individu yang berpikiran terbuka. Gagasan ini dijadikan sebagai landasan oleh program IDE (Inovasi dalam edukasi) yang mempunyai sekolah binaan di beberapa kota di Indonesia untuk melakukan pembinaan dan workshop bagi guru-guru yang masuk daerah binaan. Silahkan klik disini untuk keterangan mengenai program IDE.
Kali ini yang menjadi topik adalah peningkatan penggunaan TIK (teknologi informasi dan komunikasi) bagi guru-guru. Menarik sekali program ini dikarenakan guru-guru saat ini bertanggung jawab agar bagaimana guru bisa membelajarkan siswa yang akan menghadapi tantangan abad 21 nanti. Sebagai gambaran ada banyak profesi yang 5 tahun lalu belum ada tetapi sekarang pekerjaan itu ada dan dibutuhkan. Ada banyak juga pekerjaan yang kemudian hilang dan tidak ada.
Workshop kali ini memang menjadi sarana untuk membuka pemikiran guru bahwa teknologi tidak bisa tidak, diperlukan saat ini oleh anak didik kita. Bayangkan saat mereka masuk ke toko serba ada dekat rumah tinggal nya mereka akan melihat bahwa kasir penjaga toko sudah menggunakan computer untuk menghitung barang belanjaan yang siswa anda beli. Dengan demikian sudah sedekat itu penggunaan teknologi disekitar mereka. Apakah kita masih tega untuk menunda menggunakan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran dikelas?
Berawal dari ide besar diatas, saya memulai workshop dengan mengingatkan peserta workshop mengenai perjalanan kemajuan teknologi. Jaman dahulu, kita tidak pernah bermimpi kita akan mengirim surat, menelepon, mendengarkan musik, menonton video dalam genggaman tangan. Sekarang semuanya menjadi mungkin.
Saya juga kemudian membandingkan kehidupan guru-guru yang hadir saat mereka masih anak-anak dengan kehidupan anak-anak yang menjadi siswa-siswi mereka saat ini. (Digital natives dan Digital Immigrants). Jawaban mereka banyak dan beragam, tetapi yang menarik mereka mengeluhkan teknologi sebagai saingan atau pengganggu konsentrasi anak dalam mendalami pelajaran dirumah dan disekolah.
Sebuah analogi yang menarik sebenarnya, dikarenakan apa yang diakrabi dan disukai oleh siswa, kemudian malah menjadi saingan bagi guru. Tidak kah lebih baik guru untuk membuat kerjasama atau sinergi yang menarik antara teknologi dalam pembelajaran. Dijamin gelar guru idola akan disematkan oleh siswa, dan menjadi semakin mudah bagi guru untuk meraih hati siswa tanpa harus melarang mereka ini dan itu, dalam kaitannya dengan teknologi.
Tapi apa kemudian peran guru digantikan oleh teknologi? Apakah kemudian guru yang tidak menguasai teknologi harus berhenti mengajar atau malah belajar dari siswanya. Pernyataan diatas mempunyai jawaban yang ganda, bisa ya atau tidak.
Jawaban akan ya karena, ada suatu kesempatan peran guru digantikan oleh internet, oleh tayangan DVD di kelas, atau digantikan oleh pakar dibidangnya ketika kelas yang guru ajar melakukan telepon langsung dengan pakar, dan semua siswa bisa langsung bertanya kepada pakar tersebut.
Jawaban menjadi ‘tidak’ disebabkan, guru masih tetap punya peran dalam merencanakan pembelajaran, anak mungkin lebih pandai dalam hal teknologi tapi mereka tetap membutuhkan kita sebagai orang dewasa sebagai tempat mereka bercerita dan pertimbangan kaitannya dengan keamanan mereka saat mereka berada di dunia maya, atau hal-hal lain yang berhubungan dengan etika dalam komunikasi.
Dengan demikian dibutuhkan guru yang mempunyai sifat yang mau terus belajar dan mau menjadikan siswa sebagai sumber pengetahuan. Bagi guru-guru senior sudah bukan saatnya lagi meminta putra atau putrinya yang sudah beranjak besar untuk mengerjakan pekerjaannya. Akan menjadi contoh yang baik untuk mereka ketika anda mau belajar hal yang baru apalagi teknologi. Jika disekolah anda belum punya jaringan internet atau bahkan computer, ajak siswa ke warnet terdekat, dan minta penjaga warnet untuk mengenalkan siswa pada internet dan computer. Dijamin siswa akan senang dan mereka jadi tahu kegunaan internet selain untuk bermain games.
Workshop kali ini memang dijalankan untuk membangkitkan dan membuat guru menjadi mau mencoba dan tidak takut salah dalam menggunakan teknologi. Dipenuhi oleh tips-tips yang mudah diterapkan dalam pembelajaran yang dikemas melalui banyak permainan selama 4 jam, 50 orang guru sekolah dasar dibangkitkan semangatnya untuk maju dan membuat diri menjadi agen perubahan dalam membuat siswa dan siswinya bisa menggunakan teknologi dengan bijak dan aman.
Semua yang hadir, menyetujui bahwa ada beberapa sikap guru yang menunjang dalam membuat percepatan dalam integrasi TIK dengan pembelajaran, sikap itu antara lain;
1. Fleksibel
2. Cepat beradaptasi
3. Menerima keadaan bahwa ia bukan lagi orang yang terpandai dikelas.
4. Tidak takut gagal
5. Mau belajar dari siswa
6. Mau mencoba hal yang baru
7. Mau mengambil resiko
Kegiatan ini diakhiri juga dengan pembuatan rencana pembelajaran (RPP) yang mengintegrasikan teknologi dalam aktivitas pembelajaran. Menarik sekali melihat hasil pekerjaan para guru yang hadir, setelah rencana pembelajaran selesai para guru kemudian saling melihat dan memberi masukan bagi pekerjaan kelompok lainnya.
Diambil dari http://gurukreatif.wordpress.com/
0 komentar:
Posting Komentar